Wonosari, (PPDQWI) – Alhamdulillaahi ‘alaa kulli haal, pesantren kita tercinta mendapatkan seperangkat alat gamelan dari Dinas Kebudyaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Alat musik gamelan tersebut rencana akan dikirim pada tanggal 24 November mendatang. Adapun penyerahan secara simbolis akan diserahkan langsung oleh Gusti Kanjeng Ratu Hemas selaku istri Sri Sultan Hamengkubuawana X sekaligus anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia.

Jadwal awal, beliau akan rawuh di ma’had tercinta pada 29 November mendatang. Namun karena satu dan lain hal, acara tersebut diundur. Hingga kini pondok masih belum menerima jadwal kepastian kerawuhan beliau. Bisa jadi acara akan dihelat pada awal Desember mendatang. Acara tersebut rencana juga akan dihadiri oleh Kepala Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Bupati Gunungkidul .

Sembari menunggu kedatangan alat-alat tersebut, sebanyak 14 santri dari Firqah Syawariqul Anwar sudah mengikuti sesi latihan yang digelar di Padepokan Sapto Budaya Desa Siraman. Sudah 12 hari mereka bergelut dengan alat-alat gamelan. Mulai dari Kendang, Saron, Gong, Bonang, Kenong, Kempul, Gambang, hingga Gender. 12 hari itu mereka berhasil membawa 4 Gendhing Jawi.

Bapak Parno selaku pelatih merasa senang dan bersyukur karena masih banyak kawula muda, terutama dari kalangan santri yang turut bersumbangsih melestarikan budaya Nusantara. Terlebih budaya tersebut merupakan salah satu perantara dakwah yang digunakan oleh Wali Songo dalam menyebarkan agama Islam di Indonesia. “Saya bersyukur karena saya pikir ini adalah awal yang bagus bagi para santri untuk kedepannya.  Kali pertama pentas nanti kita akan sajikan gending asli dahulu. Berikutnya saya berharap mereka para santri bisa mengembangkan ke pentas pewayangan, tidak hanya cerita sejarah dan penokohan Jawa, tapi juga sejarah Islam di Dunia. Seperti Imam Ghazali, Ibnu Battuta, Muhammad Cheng Ho, dan tokoh Islam lainnya”, ungkap beliau saat mendampingi para santri yang sedang berlatih.

Muhammad Irfan sebagai asisten pelatih juga menuturkan, bahwa empat gendhing dapat dikuasai dalam waktu dua belas hari menjadi rasa syukur tersendiri. “Karena memang biasanya, mempelajari satu gending biasanya kurang lebih hampir satu bulan. Berhubung yang dilatih adalah anak muda, sehingga cepat daya tangkapnya. Empat gendhing dan dua wayang pembuka berikut penutup”, tuturnya.

Dengan bertambahnya alat musik, maka bertambah pula PR para santri untuk memberi sajian yang terbaik kepada masyarakat secara luas. Mencintai seni kontemporer dan milenial itu baik sekali, tapi juga tidak sampai lupa dengan kesenian asli dimana diri ini berawal. Juga sebagai ta’qid untuk melestarikan dakwah Wali Songo yang beranggotakan sembilan Sunan.

Besar harapan, semua cita-cita beliau dapat terealisasikan. Menyebarkan dakwah Islam, mengembangkan Qur’an dan Sunnah Rasul SAW, untuk menggapai Izzil Islam wal Muslimin. Aamiin.