قَالَ الشَّافِعِي وَاْلأَصْحَابُ يُسْتَحَبُّ أَنْ يَقْرَؤُوْا عِنْدَهُ شَيْئًا مِنَ اْلقُرْآنِ قَالُوْا فَإِنْ خَتَمُوْا الْقُرْآنَ كُلَّهُ كَانَ حَسَنًا. و روينا في سنن البيهقي باسناد حسن أن ابن عمر استحب  أن يقرأ على القبر بعد الدفن اول سورة البقرة و خاتمتها

 “Imam Syafii dan ulama Syafi’iyah mengatakan bahwa disunnahkan membaca sebagian dari Al-Quran di dekat kubur. Mereka berkata : “Jika mereka mengkhatamkan Al-Quran semuanya, maka itu adalah hal yang baik”. Dan kami meriwayatkan dalam Sunan Baihaqi dengan sanad yang hasan bahwasanya Ibnu Umar menganjurkan membaca awal surat al-Baqarah dan akhirnya di atas kubur setelah dimakamkan. (al-Adzkar an- Nawawiyah, hal. 147)

 

وَذَكَرَ الْخَلاَّلُ عَنِ الشّعْبِي قَالَ كَانَتِ اْلأَنْصَارُ إِذَا مَاتَ لَهُمُ الْمَيِّتُ اِخْتَلَفُوْا إِلَى قَبْرِهِ يَقْرَءُوْنَ عِنْدَهُ الْقُرْآنَ

“Al-Khallal menyebutkan dari Sya’bi bahwa jika diantara sahabat Anshar ada yang meninggal, maka mereka bergantian ke kuburnya membaca al-Quran” (Ar-Ruh, hal .19).

 

وقد نص الشافعي والاصحاب على ندب قراءة ما تيسر عند الميت والدعاء عقبها، أي لانه حينئذ أرجى للاجابة، ولان الميت تناله بركة القراءة: كالحي الحاضر. قال ابن الصلاح:  وينبغي الجزم بنفع : اللهم أوصل ثواب ما قرأته أي مثله

Imam asy-Syafi’i dan ulama syafiiyyah menyatakan tentang kesunnahan membaca yang mudah (dari al-Qur’an) di sisi mayyit dan berdoa setelahnya, karena pada saat itu lebih diharapkan terkabul doanya dan mayyit mendapatkan berkah bacaan al-Qur’an  seperti orang hidup yang hadir. Ibnu Sholah berkata : “Sebaiknya memantapkan manfaat bacaan al-Qur’an dengan berdoa “Ya Allah, sampaikanlah pahala bacaanku” maksudnya semisalnya. (Fathul Muin, hal. 95)

وبذلك يكون مذهب متأخري الشافعية كمذاهب الأئمة الثلاثة: أن ثواب القراءة يصل إلى الميت، قال السبكي: والذي دل عليه الخبر بالاستنباط أن بعض القرآن إذا قصد به نفع الميت وتخفيف ما هو فيه، نفعه، إذ ثبت أن الفاتحة لما قصد بها القارئ نفع الملدوغ نفعته، وأقره النبي صلّى الله عليه وسلم بقوله :  وما يدريك أنها رقية. وإذا نفعت الحي بالقصد، كان نفع الميت بها أولى.

Dengan keterangan di atas, maka pendapat ulama’ mutaakhkhirin syafiiyyah itu seperti madzhab imam yang tiga, yakni sesungguhnya pahala bacaan al-Qur’an itu sampai kepada mayyit. Imam as-Subki berkata : Yang ditunjukkan oleh hadis sebagai dasar istinbath hukum adalah bahwasanya sebagian al-Qur’an apabila ditujukan untuk memberikan manfaat pada mayyit atau meringankannya, maka hal itu dapat bermanfaat untuk mayyit, karena ada riwayat bahwa Surat al-Fatihah ketika ditujukan untuk memberi manfaat orang yang disengat, maka hal itu bermanfaat baginya. Perbuatan ini disetujui oleh Nabi SAW dengan ucapan beliau “Darimana kamu tahu bahwa al-Fatihah itu adalah Ruqyah?”. Apabila al-Fatihah itu bermanfaat untuk orang hidup jika ditujukan kepadanya, tentu manfaat untuk mayyit lebih utama. (al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu, Juz 2, hal. 485)