Wonosari DQWI – Setelah panen perdana pada Akhir Juni lalu, Green House Darul Qur’an sukses panen melon untuk kali kedua pada 24 September kemarin. Jenis buahnya masih sama, yaitu Melon Inthanon yang benihnya diproduksi oleh produsen benih terbesar kedua di dunia, Rijk Zwan (Belanda). Melon yang juga disebut Golden Emerlend ini tergolong langka di Indonesia. Ciri khas melon jenis ini memiliki kulit golden dengan net yang cantik dan daging buah berwana hijau segar menarik. Tekstur daging buahnya lembut dan renyah dengan brix atau kemanisan di atas rata-rata melon pada umumnya.

Pada panen kali ini juga mencapai Grate A. Dengan berat minimal 8 ons, maksimal berat 1,3 Kg. Memiliki net rata, dengan kemanisan 12 brex, yangmana hal ini juga menjadi standart penjualan di supermarket. Untuk penjualan, Green House kita menggunakan petik lahan pemasaran internal, dengan menjual kepada kalangan di sekitar pondok, dengan patokan harga 35 ribu per kilo gram. Berangkat dari bibit 40 gram, bisa mendapatkan hasil panen hingga 1 ton. Pada 27 September besok, kita juga akan setorkan hasil panen melon ke PP. Al-Ittifaq Jawa Barat.

Green House memang memberikan hasil nyata untuk budidaya tanaman. Selain terbebas dari hama, Green house juga bisa terbilang memiliki kemungkinan kecil untuk gagal panen, karena sudah menggunakan polinasi. Adapaun tanaman luar di ruang terbuka (non green house) tanpa menggunakan polinasi. Hal tersebut lebih cenderung menyebabkan jamur, yang dipicu langsung berkontaminasi dengan tanah liar. Keamanan green house selain menggunakan polibek, juga dilengkapi dengan alas geotextil, dan juga jaring insight anti hama.

Sebanyak tiga personil dan satu pengawas green house juga tidak terlalu kualahan dalam hal perawatan. Selama 75 hari menunggu hasil panen, green house ini menggunakan sistem siram otomatis. Menggunakan teknologi IOT dari Hiwel, sepanjang dua jam sekali dengan durasi siram dua menit. Mulai pukul 6 pagi hingga pukul 4 sore. Beberapa kendala yang masih dialami oleh green hous kita adalah irigasi. “Masalahnya ada di aliran irigasi, karena terdapat endapan kapur. Meningat wilayah kita ini Gunungkidul, jadi airnya menandung kapur.” Ujar Ahmad Syafi’I Masyhudi sebbagai salah satu personil green house. Kedepannya, green house akan lebih meningkatkan kualitas dan juga kuantitas panen. Sehingga bisa menjadi roda pengerak ekonomi pesantren.