Wonosari, (PPDQ) – Bisa meneruskan pendidikan hingga ke jenjang kuliah adalah impian mayoritas siswa. Terlebih lagi saat bisa mendapatkan beasiswa ke perguruan tinggi luar negeri. Seperti kebanyakan siswa lainnnya, Mabrurroh, pun ingin melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi demi mengejar cita-citanya menjadi guru Matematika. Sayang, aplikasinya ditolak saat mendaftar beasiswa ke Universitas Negeri Yogyakarta dan beberapa perguruan tinggi lainnya di DIY.
Tak patah arang, alumnus SMK Darul Quran Wonosari (SMK DQ) Gunungkidul ini pun menjajal beasiswa bahasa Arab yang ditawarkan sebuah universitas di Turki. Tak disangka, setelah melewati tahap seleksi yang cukup ketat, ia berhasil menjadi 60 siswa-siswi se-Indonesia yang dikirim belajar ke Turki. Mabrurroh sendiri merupakan satu-satunya siswi wakil dari DIY. “Enggak menyangka bisa dapat beasiswa ini. Seleksinya cukup berat. Lawan-lawan saya banyak yang lebih pintar. Saya senang sekali bisa menjadi salah satu dari mereka yang terpilih untuk belajar di Turki,” ungkap Mabrurroh saat dihubungi Harian Jogja, Kamis (19/7).
Meskipun jurusan yang dia ambil selama di SMK DQ adalah Multimedia, Mabrurroh tak mau ketinggalan untuk mengikuti berbagai muatan lokal ilmu keagamaan dan pendidikan kepesantrenan. Ia bahkan juga tergabung dalam study club bahasa Inggris dan bahasa Arab yang membuatnya lebih percaya diri untuk mendaftar beasiswa ke Turki. Untuk bisa lolos menjadi penerima beasiswa tersebut, Mabrurroh harus melewati tiga tahapan seleksi baik di tingkat provinsi maupun nasional. Tahapan seleksi itu meliputi tahap kelengkapan berkas, bahasa Arab dan hafalan Alquran dan kepribadian. Tahapan terakhir dan pengumuman dilakukan di Jakarta pada 16 Juli 2012 lalu. “Mabrurroh memiliki kemampuan bahasa Arab yang bagus. Dia juga termasuk siswi yang cerdas dan hampir selalu juara kelas,” terang Insan Ayu Wulandari, wali kelas Mabrurroh saat ia menempuh pendidikan di SMK DQ.
Keberhasilan gadis kelahiran Bantul, 21 Mei 1995 ini meraih beasiswa ke Turki disambut hangat oleh Pesantren Darul Qur’an Wal Irsyad, sekolah dan keluarganya. Sebelum terbang ke Turki, Mabrurroh dan para penerima beasiswa lainnya harus mendalami bahasa Arab terlebih dahulu di Jakarta sejak Kamis (19/7). Selama di Jakarta, gadis penggemar olah raga voli ini ditantang untuk menghafal 30 juz dalam Alquran. Saat ini ia baru hafal satu juz saja sehingga dalam waktu maksimal dua tahun ke depan, ia harus bisa menghafal 29 sisanya. “Kalau nanti dia sudah hafal 30 juz itu sebelum waktu dua tahun yang ditentukan, ia bisa lebih cepat terbang ke Turki,” terang Sudatik, pengurus pesantren Darul Qur’an Wal Irsyad.
K.H. Drs. A. Kharis Masduki, M.S.I. Pengasuh Pondok Pesantren Darul Qur’an Wal Irsyad mengatakan, sebelumnya sudah ada empat santri pondok pesantren itu mendapat kesempatan belajar di Kuwait. “Kami berupaya maksimal untuk memberikan fasilitas terbaik bagi para siswa dan santri, berbagai pilihan beasiswa baik di dalam maupun di luar negeri telah siap menanti bagi mereka yang berprestasi” katanya.