Wonosari, (PPDQWI) – Keberhasilan nabi Ya’kub alaihi salam dalam mendidik anak-anaknya dapat menjadi contoh bagi setiap orang tua yang mengharapkan keturunannya sukses di dunia dan selamat di akhirat. Nabi Ya’kub alaihi salam tak hanya memahami potensi dan keutamaan yang dikaruniakan Allah SWT pada anak-anaknya. Nabi Ya’kub alaihi salam juga mampu memproteksi anak-anaknya dari keburukan zaman. Tentang cara nabi Ya’kub alaihi salam mendidik anak-anaknya telah diinformasikan di dalam Al Qur’an surat Yusuf.
Pakar Tafsir Al Qur’an yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang, Dr KH M Afifuddin Dimyathi, L.c, M.A, atau akrab disapa Gus Awis menjelaskan sedikitnya ada empat hal yang dapat dicontoh setiap orang tua dari nabi Ya’kub alaihi salam dalam mendidik anak-anaknya.
Pertama, mendeteksi potensi pada anak.
Nabi Ya’kub alaihi salam mampu mendeteksi setiap potensi anak-anaknya. Nabi Ya’kub alaihi salam mengetahui bahwa setiap anaknya memiliki potensi yang berbeda-beda satu sama lainnya. Bahkan dengan ayahnya sekalipun.
Ini dapat dicermati pada al-Qur’an surat Yusuf ayat 3-4 ketika nabi Yusuf alaihi salam yang merupakan putra nabi Ya’kub alaihi salam menceritakan tentang mimpi yang dialaminya kepada ayahnya itu. Menurut Gus Awis, pada rangkaian ayat itu nabi Ya’kub alaihi salam tidak menjawab apa yang diceritakan nabi Yusuf alaihi salam tentang mimpi yang dialaminya dengan cara menafsirkan mimpi nabi Yusuf alaihi salam. Sebab Nabi Ya’kub alaihi salam sudah mengetahui potensi yang ada pada anaknya itu. Nabi Ya’kub alaihi salam mengetahui bahwa nabi Yusuf alaihi salam sudah mengetahui sendiri akan makna dari mimpi yang dialaminya itu.
“Dalam ayat itu tidak ada cerita nabi Ya’kub menafsirkan mimpi nabi Yusuf. Itu artinya beliau (nabi Ya’kub) sudah tahu kalau nabi Yusuf sudah mengetahui makna mimpinya sendiri. Nah, orang tua itu harus mampu mendeteksi (potensi) putranya,” tutur Gus Awis saat mengisi Stadium General pada acara Purna Siswa dan Tasyakuran Madrasah Sekolah Terpadu Darul Qur’an Tahun Ajaran 2024/2025 di auditorium Taman Budaya Gunungkidul pada Kamis (14/06/2025).
Menurut Gus Awis sangat penting bagi orang tua mengetahui dan mendeteksi sedini mungkin potensi pada anak. Sebab setiap anak hidup pada kondisi zaman yang berbeda dengan orang tua. Karenanya tantangan hidup yang dihadapi anak pun akan berbeda dengan orang tuanya. Selain itu orang tua juga hendaknya mencari tahu apa yang menjadi keinginan dan keahlian yang dimiliki anaknya. Setelah itu orang tua dapat mendukung penuh dan membimbing anak untuk meraih tujuannya.
Kedua, memberi sugesti terbaik pada anak
Gus Awis mengatakan, sugesti orang tua yang terbaik kepada anaknya adalah memberikan kesadaran pada anak bahwa setiap prestasi atau keberhasilan apapun yang dicapai anak semuanya adalah murni karunia Allah SWT. Dengan cara itu, anak terhindar dari kesombongan dan tidak merasa bahwa keberhasilan yang diraihnya adalah hanya karena dirinya sendiri. Hal ini dapat dicermati pada bagian awal ayat ke-6 surat Yusuf. Menurut Gus Awis dalam ayat tersebut dapat diketahui bahwa Nabi Ya’kub alaihi salam memberi kesadaran kepada nabi Yusuf alaihi salam bahwa kemampuan nabi Yusuf alaihi salam mentakwil mimpi adalah karena karunia Allah SWT.
“Karena itu para santri yang berprestasi harus yakin bahwa apa yang mereka hasilkan, apa yang mereka peroleh adalah karunia dari Allah. Hal ini penting untuk menghilangkan kesombongan, untuk menghilangkan rasa ujub dari diri kita atas prestasi yang kita peroleh. Dengan itulah anak-anak kita akan menjadi orang orang saleh,” katanya.
Lebih lanjut Gus Awis mengajak orang tua untuk menanamkan pada diri anak bahwa prestasi atau keberhasilan yang diperoleh sang anak juga berkaitan erat dengan generasi terdahulu atau leluhur-leluhurnya. Inilah yang juga ditanamkan oleh nabi Ya’kub alaihi salam kepada nabi Yusuf alaihi salam sebagaimana dapat ditemukan pada ayat 6 surat Yusuf terdapat kalimat “wayutimma ni’matahu alaika wa ‘ala ali ya’quba kama atammaha ‘ala abawaika min qoblu ibrohima wa Ishaq” (serta menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya‘kub, sebagaimana Dia telah menyempurnakannya kepada kedua kakekmu sebelumnya, (yaitu) Ibrahim dan Ishak).
“Nabi Ya’kub menghubungkan prestasi nabi Yusuf dengan prestasi mbah-mbahnya. Karena kita yakin apa yang kita dapat saat ini adalah karena barokah, fadhilah, keutamaan yang ingin juga Allah sempurnakan kepada generasi-generasi sebelumnya,” jelas Gus Awis.
Menurut Gus Awis boleh jadi keberhasilan yang dicapai seorang anak adalah cara Allah SWT untuk menyempurnakan nikmat yang diberikan kepada para orang tua atau generasi terdahulu. Allah memberikan nikmat kepada generasi terdahulu dengan mendapati keturunannya menjadi orang-orang yang berhasil. Lebih dari itu, kata Gus Awis, dengan mengaitkan keberhasilan sang anak dengan para pendahulunya akan memotivasi anak untuk meniru kebaikan dan capaian para pendahulunya. Hal inilah yang dicontohkan nabi Ya’kub alaihi salam ketika mengaitkan karunia yang diperoleh nabi Yusuf alaihi salam dengan para pendahulunya yakni nabi Nabi Ibrahim alaihi salam dan nabi Ishak alaihi salam yang merupakan para nabi dan rasul pilihan Allah SWT dengan segala keistimewaannya.
Ketiga, memproteksi dari keburukan
Orang tua perlu memiliki kepekaan membaca lingkungan tempat anak-anaknya tumbuh kembang dan belajar sehingga tidak mendatangkan keburukan. Setelah itu orang tua memproteksi anak dari setiap potensi keburukan yang dapat menimpa anaknya.
Sebagaimana nabi Ya’kub alaihi salam meminta kepada nabi Yusuf alaihi salam agar tidak menceritakan kepada siapa pun perihal mimpi yang dialaminya. Hal itu merupakan langkah proteksi nabi Ya’kub alaihi salam kepada anak-anaknya dari potensi keburukan. Sekaligus menunjukan bahwa nabi Ya’kub alaihi salam dapat membaca potensi keburukan yang dapat menimpa anak-anaknya.
Kepekaan nabi Ya’kub alaihi salam dalam membaca lingkungan tempat anak-anaknya tumbuh kembang juga dapat ditemukan pada ayat ke-13 surat Yusuf. Dimana nabi Ya’kub alaihi salam mengetahui adanya potensi keburukan yang dapat muncul ketika anaknya diajak pergi oleh saudara-saudaranya.
Selain itu kepekaan nabi Ya’kub alaihi salam dalam membaca lingkungan tempat anak-anaknya tumbuh kembang juga dapat ditemukan pada ayat ke-67 surat Yusuf. Menurut Gus Awis, pada ayat tersebut nabi Yakub alaihi salam memproteksi anak-anaknya agar terhindar dari pandangan buruk orang lain (penyakit ‘ain). Nabi Ya’kub alaihi salam mengetahui bahwa keistimewaan anak-anaknya akan menyita perhatian banyak orang. Sehingga nabi Ya’kub alaihi salam memerintahkan anak-anaknya memasuki kota secara terpisah melalui empat pintu masuk. Nabi Ya’kub alaihi salam akhirnya membagi kesebelas anaknya memasuki negeri Mesir lewat empat pintu guna menghindari terpusatnya pandangan orang lain.
Oleh karena itu, Gus Awis mengajak para orang tua berhati-hati dan tidak berlebihan membanggakan keberhasilan anak-anak dengan menginformasikan kepada orang lain. Sebab hal tersebut dapat mendatangkan penyakit ‘ain.
“Terkadang kita sengaja tidak sengaja cerita, bangga dengan prestasi anak, tapi itu sebenarnya menjerumuskan anak-anak kita kepada ‘ain orang-orang yang iri, dengki di sekitar kita. Jangan mudah menceritakan prestasi anak kepada siapapun. Mari kita proteksi anak-anak kita dari bahaya ‘ain,” katanya.
Keempat, memberi motivasi pada anak
Orang tua sudah seharusnya senantiasa memberi motivasi kepada anak-anaknya. Mendorong anak-anaknya agar tidak mudah berputus asa. Hal ini sebagaimana nabi Ya’kub alaihi salam memberikan motivasi kepada anak-anaknya ketika akan memasuki Mesir. Nabi Ya’kub alaihi salam memberikan semangat kepada anak-anaknya agar tidak berputus asa menghadapi berbagai rintangan.
“Anak-anak kita pasti akan menghadapi banyak masalah, menghadapi tantangan dari manapun. Maka orang tua harus mampu memberikan motivasi yang tepat sehingga mereka di dalam jalur yang baik, mereka tetap teguh, tetap istiqomah di jalur pendidikannya, pengabdiannya, di jalur kebaikannya. Inilah yang kita harapkan berhasil dicapai setiap orang tua,” tandasnya. (And)