Wonosari, (PPDQWI) – Merebaknya wabah covid-19 dampaknya ternyata sangat luar biasa. Selain berdampak terhadap perekonomian, kesehatan juga terhadap pendidikan. Madrasah – Sekolah Terpadu Darul Quran yang sejak awal tahun ajaran sudah mendatangkan para santrinya untuk mengikuti kegiatan tatap muka/luring ini pun ternyata banyak mengalami kendala. Hal tersebut dikarenakan dalam proses pembelajaran harus dilakukan sesuai dengan protokol kesehatan termasuk pengurangan jam mengajar. Guru-guru yang biasanya mengajar 4 jam di Madrasah/Sekolah, terpaksa hanya mengajar selama satu jam. Dampak lanjutnya, peserta didik akan kesulitan memahami materi yang banyak dalam waktu yang relatif singkat. Apalagi berhadapan dengan mata pelajaran program MIPA: Matematika, Fisika dan Kimia dan Biologi. Keempat pelajaran ini tentunya membutuhkan waktu yang cukup lama karena banyak penurunan rumus. Itu artinya, waktu satu jam sangatlah tidak cukup.
Berbagai usaha pun ditempuh Madrasah-Sekolah Terpadu Darul Qur’an agar kegiatan belajar mengajar menjadi efektif dan inovatif. Salah satunya adalah dengan di selenggarakannya pembelajaran berbasis life skill sebagai langkah upaya pembaharuan terhadap aktivitas pembelajaran, tujuannya, agar guru dapat menghidupkan suasana pembelajaran. Pembelajaran life skill menjadi salah satu solusi yang dapat digunakan guru dalam mengatasi krisis pembelajaran di tengah pandemi. Selain itu, pembelajaran berbasis life skill ini lebih menitikberatkan pada aspek keterampilan dan sikap. Sehingga hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah pembelajaran berbasis produk.
Pembelajaran berbasis life skill ini dilaksanakan selama 2 bulan dimulai dari tanggal 1 Februari sampai dengan tanggal 31 Maret 2021. Ada lima bidang dalam pembelajaran berbasis life skill ini, yaitu: 1) Bidang sains dan teknologi yang terdiri dari : a) Pengolahan bekas media tanam jamur menjadi kompos, b) Pembuatan telur asin secara organic, c) Pemanfaatan sampah organik utk budidaya maggot, d) Pengolahan sampah sekam menjadi media tanam, e) Pembuatan Hand soap, sabun cuci piring dan handzanitizer dengan bahan organic dan f) Budidaya agriculture tabulapot. 2) Bidang sosial dan humaniora yang terdiri dari : a) Pemanfaatan lahan untuk apotik hidup, b) Produksi minuman herbal peningkat imun tubuh, c) Pelestarian batik jumput dengan bahan pewarna alami dan d) Maket dan miniatur data demografi pondok pesantren. 3) Bidang keagamaan yang terdiri dari : a) Artikel Keagamaan, b) Nahwu praktis, c) Adab keseharian santri dan d) Musikalisasi nadhom. 4) Bidang bahasa yang terdiri dari: a) Penyusunan kamus bahasa Inggris, Arab dan Indonesia vocab sehari-sehari di pesantren, b) Pembuatan lagu berbahasa Inggris, Indonesia dan Arab serta c) Pembuatan teks pidato. 5) Bidang Multimedia, tentang pembuatan konten-konten kehidupan ala pesantren.
Pembelajaran berbasis life skill ini diikuti oleh seluruh siswa mulai dari jenjang MI, MTs, MA dan SMK. Para siswa pun diperkenankan memilih bidang life skill sesuai dengan bakat dan minat masing-masing. Ketua Program Pembelajaran berbasis life skill Esti Wuryani, S.Si mengungkapkan bahwa kegiatan ini diharapkan mampu mewujudkan pembelajaran yang efektif dan menghasilkan pribadi siswa yang memiliki life skill dan berjiwa kewirausahaan. “Hal ini sangat penting, sebab Madrasah-Sekolah beserta program pendidikan yang ada didalamnya pada dasarnya bertujuan untuk membantu siswa agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan kata lain, kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh kembangnya pribadi siswa yang berjiwa kewirausahaan dan mempunyai kecakapan hidup (life skill),” ungkapnya. Lebih lanjut Esti berharap pendidikan life skill ini dapat menjawab setiap kebutuhan masyarakat sesuai dengan dinamika dan perubahan sebagai dampak ilmu pengetahuan dan teknologi. “Jangan bermimpi untuk memetik buah yang berlimpah, kalau tidak menanam benih hari ini. Sebuah keniscayaan bagi pemanen yang hari ini memulai menanam benih dengan peluh dan keringat,” tandasnya.