Suatu ketika, mungkin kita pernah merasakan betapa berat dan kerasnya perjalanan hidup ini, seolah hati ini tak mampu lagi menahan beban masalah. Saat kita merasa lunglai, lemah dan berat melangkahkan kaki, merasa kuat dan bingung menghadapi berbagai suasana hidup yang sulit dan berat. Ketika kita tak lagi merasa mampu berdiri menopang beban berat yang harus dipikul. Beban masalah yang dihadapi tidak mungkin melebihi batas kemampuan seseorang, demikian janji Allah. Beban masalah yang ditimpakan pada seseorang tidak mungkin melewati batas kemampuan orang tersebut untuk memikulnya.
Seorang ulama mengatakan bahwa tingkat cobaan iman itu tak ubahnya dengan anak tangga yang bertingkat-tingkat. Tiap satu anak tangga dinaiki, datang dari bawah satu pukulan hebat mengenai tubuh orang yang mendaki. Kalau tangannya tak kuat bergantung, kalau kakinya tak kuat berpijak dan kalau akal pikirannya tetap waspada, pukulan itu malah akan mendorong menaikkannya ke anak tangga yang lebih tinggi. Tapi kalau tangannya lemah, kakinya tidak kuat, akalnya hilang, pikirannya kusut, maka pukulan itu akan dapat menjatuhkan dan merobohkannya. Yang paling disayangkan, kalau robohnya tidak hanya satu dua buah anak tangga kebawah, tapi jatuh keanak demi anak tangga di bawahnya yang sangat banyak. Bahkan karena lemahnya seorang bisa sulit bangkit lagi.
Dalam ungkapan yang lain Imam Hasan Al Basri mengatakan, “Ketika badan sehat dan hati senang, semua orang mengaku beriman, tetapi setelah datang cobaan barulah diketahui benar tidaknya pengakuan itu. Orang yang ingin permintaannya cepat terkabul pada hari itu juga dan tidak sabar menunggu, itulah orang yang lemah iman.”
Lantas, ketika masalah datang kemana kita bergantung? Akankah kita berpaling keminuman keras, yang mengatasi masalahhanya sesaat? Ataukah ke café dan diskotik?,masalah akan tetap hingga setelah pulang. Atau mungkin kepada paranormal atau orang pintar? Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk mengembalikan seluruh masalah yang dihadapi kepada Allah. Dalam kitab Abwabul Faraj karya Abuya Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki Al Hasani, beliau menulis didalam kitab Adz-Dzikr, Ibn Abi Dunya meriwayatkan dari Aisyah ra. Yang menyebutkan: “Rasulullah SAW apabila kesulitannya telah memuncak beliau menyapukan tangannya ke kepala hingga jenggotnya, kemudian menarik nafas dalam-dalam sambil berucap: Hasbiyallah Wa Ni’mal Wakil (cukuplah Allah bagiku, dan Dia sebaik-baik tempat berserah diri)”. Kepasrahan kepada Allah ditunjuk Rasulullah SAW ketika permasalahan sudah mencapai puncaknya.
Masih dalam kitab Abwabul Faraj, Rasululloh SAW jika mengalami kesusahan atau kesedihan, beliau mengucapkan:
حَسْبِيَ الرَّبُ مِنَ اْلعِبَادِ، حَسْبِيَ اْلخَالِقُ مِنَ اْلمَخْلُوْقِيْنَ، حَسْبِيَ الرَّازِقُ مِنَ اْلمَرْزُوْقِيْنَ، حَسْبِيَ اّلَذِيْ هُوَ حَسْبِيْ، حَسْبِيَ اللهُ الَّذِيْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ
(Tuhan telah cukup bagiku, sehingga aku tidak membutuhkan pertolongan seluruh hamba. Sang pencipta telah cukup bagiku, sehingga aku tidak membutuhkan pertolongan seluruh makhluk. Sang pemberi rizki telah cukup bagiku, sehingga aku tidak membutuhkan pertolongan mereka yang menerima rizki. Dia yang telah mencukupiku telah mencukupiku. Bagiku cukup Allah yang tiadaTuhan Dia. Kepada-Nya aku berserah diri. Sungguh, Dia penguasa istana Arsy yang agung). (7x).
Barang siapa mengucapkan doa ini, Allah SWT akan mencukupkan urusan dunia dan akherat yang telah menyusahkannya. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Ad Dunya, demikian kata An Nabhani).
Kalimat – kalimat diatas adalah resep dari Rosululloh SAW untuk mengusir kegalauan. Ibnu ‘Atoillah, shohibul hikam memberi pengarahan bertaqorrub memohon pertolongan Allah SWT sembari mengucapkan kalimat-kalimat diatas. “Tampilkan dengan sesungguhnya sifat-sifat kekurangannmu niscaya Allah SWT menolongmu dengan sifat-sifat kesempurnaan-Nya. Bersungguh-sungguhlah dengan kehinaanmu, maka Ia akan menolongmu dengan kemuliaan-Nya, bersungguh-sungguhlah dengan ketidak berdayaanmu, niscaya Ia akan menolongmu dengan kekuasaan-Nya, bersunguh-sungguhlah dengan kelemahanmu, niscaya Ia menolongmu dengan kekuatan-Nya”.
Sedetikpun Allah SWT tak pernah meningalkan hamba-Nya yang beriman. Dan, jika Dia berkehendak, tak ada yang dapat menghalangi turunnya pertolongan dan bantuan-Nya. Masihkan kita pasrah dan bergantung kepada selain Allah SWT?