عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَقُوْلُ : اَلَّلهُمَّ إِنىِّ أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَاْلغِنَى – رَوَاهُ مُسْلِم

Artinya: “Dari Ibnu Mas’ud – رَضِىَ الله عَنْهُ –, (suatu ketika) Rasulullah –صلّى الله عليه وسلّم – berdo’a: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu petunjuk, ketaqwaan, keterjagaan, dan kecukupan”. (HR Muslim)

 

MUFRADAT

  •  الْهُدَى = الرَّشاد : petunjuk
  •  التُّقَى = التَّقَوَى : taqwa = menaati perintah Allah -سبحانه وتعالى –  dan menjauhi larangan-Nya
  •  الْعَفَافَ : suci/bersih/terjaga dari hal-hal yang dilarang dan yang tidak baik
  •  اْلغِنَى   :  kekayaan, kecukupan

 

SYARAH HADITS

Pada suatu hari Sahabat Ibnu Mas’ud – رَضِىَ الله عَنْهُ- menyaksikan Rasulullah – صلّى الله عليه وسلّم –  berdoa memohon kepada Allah – سبحانه وتعالى  – agar dilimpahi petunjuk, ketaqwaan, keterjagaan dan kecukupan. Mengapa Rasulullah berdo’a demikian? Bukankah semua hal itu telah ada pada diri Rasulullah?

Do’a yang dimohonkan oleh Rasulullah صلّى الله عليه وسلّم – mencerminkan jiwa ketundukan dan kepatuhan Rasulullah sebagai seorang hamba Allah. Kedudukan sebagai hamba Allah adalah kedudukan yang paling dijiwai oleh Rasulullah, sekalipun beliau telah mendapatkan kedudukan paling istimewa di sisi Allah sebagai manusia yang paling dikasihi Allah, penutup para Nabi, manusia sempurna dengan akhlak paling terpuji. Tak ada seorangpun sejak awal penciptaan alam semesta hingga hari kiamat kelak, yang dapat menyamai keistimewaan Rasulullah.

Sebagai seorang hamba Allah, Rasulullah adalah orang yang paling tekun beribadah. Ummul mukminin Aisyah – رَضِىَ الله عَنْها – mengisahkan saat shalat, Rasul menitikkan air mata. Air mata itu mula-mula hanya membasahi pipi, lalu jenggot beliau, sampai akhirnya membasahi tanah tempat beliau shalat. Rasul tak henti-hentinya menangis dalam shalat itu, hingga Bilal mengumandangkan azan Subuh. Aisyah RA bertanya, “Mengapa engkau menangis seperti itu? Bukankah Allah telah mengampuni dosamu yang lalu maupun yang akan datang?” Rasul menjawab, “Sungguh, aku ingin menjadi hamba Allah yang pandai bersyukur!”

Bagaimanakah pekerti seorang hamba Allah? Allah – سبحانه وتعالى – berfirman dalam Al-Qur’an:

  وَعِبَادُ الرَّحْمَـٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا

Artinya: “Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati”.  (Al-Furqan: 63)

Ayat di atas mengungkapkan salah satu pekerti hamba Allah adalah ‘rendah hati’  jauh dari sifat kesombongan. Seorang hamba Allah senantiasa merasa dirinya sangat kecil di hadapan Allah, selalu membutuhkan pertolongan dan kasih sayang Allah. Hal ini tercermin dalam ketekunan ibadah sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah, Sang Teladan bagi semua hamba Allah yang beriman. Do’a adalah salah satu bentuk ibadah yang banyak diteladankan oleh Rasulullah.

Adapun do’a Rasulullah yang diriwayatkan Ibnu Mas’ud dalam hadits ini mengungkapkan 4 (empat) hal penting yang dibutuhkan semua hamba Allah yang beriman. Empat hal itu adalah sebagai berikut:

(1)   الْهُدَى  yang semakna dengan الرَّشاد  secara bahasa berarti petunjuk. Seorang hamba yang beriman setiap saat dalam hidupnya senantiasa membutuhkan petunjuk dari Allah, yakni petunjuk ke arah jalan yang lurus atau petunjuk menuju kebenaran sejati. Sebagai makhluk yang lemah, hamba yang mukmin menyadari setiap saat bisa jatuh terjerumus ke dalam kesesatan, kecuali atas pertolongan Allah.

(2)   التُّقَى  (ketaqwaan) atau التَّقَوَى  (taqwa) yang berarti menaati perintah Allah -سبحانه وتعالى –  dan menjauhi larangan-Nya.

(3)   الْعَفَافَ  (keterjagaan)  : Suci/bersih/terjaga dari hal-hal yang dilarang dan yang tidak baik

(4)    اْلغِنَى  (kecukupan atau kekayaan). Imam Ibnu ‘Ilan memberi ta’rif (pengertian) kecukupan atau kekayaan sebagai berikut:

غِنَي النَّفْسِ وَاْلإِغْتِنَاءِ عَنِ النَّاسِ وَعَمَّا فِى أَيْدِيْهِمْ

Artinya: “(Diri merasa cukup dan tidak membutuhkan sesuatu dari manusia dan apa-apa yang dimiliki mereka).

Dengan pengertian ini, kekayaan atau kecukupan tidak selalu berarti memiliki banyak harta. Betapa banyak orang berpunya atau para hartawan yang tak pernah puas dengan harta yang dimilikinya karena jiwanya miskin. Sebaliknya ada orang yang kehidupannya bersahaja namun hidupnya bahagia karena jiwanya kaya. Jiwa yang kaya, itulah jiwa yang merdeka dan bebas dari ketergantungan kepada orang lain, jauh dari rasa dengki dan iri terhadap apa yang dimiliki orang lain, dan menggantungkan diri hanya kepada Allah semata.

Tidak salah kiranya kita catat lagi do’a ini, yang diteladankan Rasulullah untuk kita amalkan sehari-hari:

اَلَّلهُمَّ إِنىِّ أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَاْلغِنَى

Artinya :“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu petunjuk, ketaqwaan, keterjagaan, dan kecukupan”

 

FIQH HADITS

  • Rasulullah adalah hamba Allah yang tekun beribadah mendekatkan diri kepada Allah – سبحانه وتعالى  .
  • Do’a yang dimohonkan kepada Allah mencerminkan jiwa ketundukan dan kepatuhan seorang hamba kepada Allah
  • Rasulullah memberi teladan bagi hamba mukmin untuk selalu berdo’a memohon kepada Allah petunjuk, ketaqwaan, kesucian dan kecukupan.

والله اعلم بالصواب