Wonosari, (PPDQWI) – Setiap pencari ilmu tentunya mengharapkan kemudahan dalam memahami ilmu, serta mengharapkan keberkahan ilmu sehingga bermanfaat dan mengantarkan diri pada kesuksesan dunia dan akhirat. Dalam hal ini, para pencari ilmu dapat meniru karakter Nabi Yusuf alaihi salam agar mudah mencapai kesuksesan sebagai pencari ilmu.

Pakar Tafsir Al Qur’an yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang, Dr KH M Afifuddin Dimyathi, L.c, M.A, atau akrab disapa Gus Awis menjelaskan sedikitnya ada tiga karakter yang dapat ditiru oleh setiap pencari ilmu dari nabi Yusuf alaihi salam.

Pertama, Ihsan

Gus Awis mengatakan Ihsan atau kebaikan pada orang lain dapat menjadi sebab mudahnya seorang pencari ilmu memperoleh ilmu dan kepahaman terhadap ilmu. Perbuatan baik yang dimaksud adalah perbuatan yang dilandasi keikhlasan sehingga tidak mengharapkan balasan kebaikan dari orang lain.

Gus Awis menjelaskan Nabi Yusuf alaihi salam dikenal muhsin yaitu orang yang senantiasa berbuat kebaikan. Salah satu contoh karakter Ihsan yang ditunjukan nabi Yusuf alaihi salam adalah ketika nabi Yusuf alaihi salam berada dalam penjara, orang-orang dalam penjara yang sama dengan nabi Yusuf alaihi salam merasakan kebaikan nabi Yusuf alaihi salam. Nabi Yusuf alaihi salam begitu memperhatikan teman-temannya yang sakit dan membutuhkan bantuan, nabi Yusuf alaihi salam memberi mereka nasehat dan motivasi sehingga meningkatkan moral para teman-teman. Sehingga nabi Yusuf alaihi salam pun dikenal sebagai muhsin.
Kebaikan nabi Yusuf alaihi salam pada orang lain yang selalu terpancar sejak kecil membawa nabi Yusuf alaihi salam ketika dewasa meraih karunia yang agung dari Allah SWT. Nabi Yusuf alaihi salam mendapatkan kekuasaan yang terhormat, pemahaman dan pengetahuan ilmu yang luas. Ini sebagaimana dapat ditemukan pada surat Yusuf ayat 22: “wa lammâ balagha asyuddahû âtainâhu ḫukmaw wa ‘ilmâ, wa kadzâlika najzil-muḫsinîn” (Dan ketika dia telah cukup dewasa Kami berikan kepadanya kekuasaan dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik).

“Maka kalau ingin cepat pintar, ingin cepat alim jadilah orang-orang muhsin. Berbuat baik kepada orang lain, karena dengan cara itu Allah akan membalas orang yang berbuat baik,” kata Gus Awis saat mengisi Stadium General pada acara Purna Siswa dan Tasyakuran Madrasah Sekolah Terpadu Darul Qur’an Tahun Ajaran 2024/2025 di auditorium Taman Budaya Gunungkidul pada Kamis (14/06/2025).

Kedua, Jujur

Nabi Yusuf alaihi salam dikenal sebagai seorang yang jujur. Ini sebagaimana dapat ditemukan pada surat Yusuf ayat 46 di mana pada ayat tersebut dengan eksplisit orang-orang memanggil nabi Yusuf alaihi salam dengan panggilan ayyuha shiddiq. Menurut Gus Awis panggilan itu disematkan kepada nabi Yusuf alaihi salam karena nabi Yusuf senantiasa berbuat baik. Dengan karakter jujur itulah nabi Yusuf alaihi salam juga selamat dari berbagai tuduhan-tuduhan buruk yang datang padanya. Sebab orang-orang sangat yakin dengan nabi Yusuf karena kejujurannya.

“Monggo pada santri belajar menghiasi diri dengan kejujuran karena kejujuran akan melindungi diri dari mara bahaya,” kata Gus Awis

Ketiga, cakap berkomunikasi

Nabi Yusuf alaihi salam juga dikenal sebagai nabi yang memiliki kecakapan dalam berkomunikasi. Bahkan dalam lingkuistik, nabi Yusuf alaihi salam menguasai bahasa Arab, bahasa Ibrani dan bahasa Mesir. Nabi Yusuf alaihi salam mampu berkomunikasi dengan struktur kata yang baik dan jelas serta dapat mudah dipahami oleh lawan bicaranya. Inilah yang ditunjukan nabi Yusuf alaihi salam ketika bertemu dengan penguasa Mesir kala itu. Al Qur’an surat Yusuf ayat 54 menginformasikan pertemuan nabi Yusuf alaihi salam dan penguasa Mesir itu. Gus Awis menjelaskan pada pertemuan itu Nabi Yusuf alaihi salam menunjukan kecakapannya berbicara dalam bahasa Arab, bahasa Ibrani dan bahasa Mesir. Sehingga dengan itu, penguasa Mesir mengagumi nabi Yusuf alaihi salam. Penguasa Mesir pun akhirnya memberikan kekuasaan dan jabatan kepada nabi Yusuf alaihi salam yakni sebagai menteri ekonomi Mesir pada saat itu.
Oleh karena itu, menurut Gus Awis seorang santri akan mudah meraih keberhasilan bila memiliki kecakapan dalam berkomunikasi. Terlebih mampu menguasai berbagai macam bahasa.

“Itulah yang penting bagi santi adalah komunikasi khususnya kemampuan bahasa, ini akan membentuk kepercayaan pada orang lain. Orang akan percaya dengan kita, senang dengan kita, sehingga kita akan ditempatkan di tempat-tempat yang strategis di pandangan mereka,” katanya. (And)