وليقل عند فراغه من القراءة : صدق الله تعالى و بلغ رسول الله صلى الله عليه و سلم, اللهم انفعنا به و بارك لنا فيه, الحمد لله رب العالمين, و استغفر الله الحي القيوم

Hendaknya setelah selesai membaca al-Qur’an membaca: “Shadaqallah (Maha benar Allah) dan Rasulullah saw telah menyampaikan (wahyu). Ya Allah, berikan kami manfaat berkat al-Qur’an dan berkahilah kami. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Saya memohon ampun kepada Allah Yang Maha Hidup lagi Maha Mengatur. (Ihya Ulumiddin, Juz. 1, hal. 327-328)

ومن حرمته إذا انتهت قراءته أن يصدق ربه، ويشهد بالبلاغ لرسوله صلى الله عليه وسلم، ويشهد على ذلك أنه حق، فيقول : صدقت ربنا وبلغت رسلك، ونحن على ذلك من الشاهدين، اللهم اجعلنا من شهداء الحق، القائمين بالقسط، ثم يدعو بدعوات

Di antara adab memuliakan al-Qur’an adalah apabila telah selesai membacanya hendaknya membaca tashdiq dan bersaksi bahwa Rasulullah telah menyampaikan wahyu, serta bersaksi bahwa yang demikian itu haq. Misalnya berkata: “Engkau Maha Benar wahai Tuhanku, Rasulmu telah menyampaikan wahyu, dan Kami bersaksi atas semua itu, Ya Allah jadikan kami termasuk saksi-saksi kebenaran dan orang yang berlaku adil”. Kemudian berdoa. (Tafsir al-Qurthubi, Juz 1, hal 31)

ولهذا قال تعالى: {ذَٰلِكَ جَزَيْنَاهُمْ بِمَا كَفَرُواْ وَهَلْ نُجَٰزِيۤ إِلاَّ ٱلْكَفُورَ} أي عاقبناهم بكفرهم، قال مجاهد: ولا يعاقب إلا الكفور. وقال الحسن البصري: صدق الله العظيم لا يعاقب بمثل فعله إلا الكفور

Karena ini, Allah berfirman: (“Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidaklah memberi adzab (yang demikian itu) kecuali hanya kepada orang yang sangat kafir) Maksudnya : Kami mengadzab mereka karena kekafiran mereka. Mujahid berkata: “Tidaklah diadzab kecuali orang yang sangat kafir”. Hasan al-Bashri berkata: “Shadaqallahul Adzim (Maha Benar Allah Yang Maha Agung), tidaklah diadzab dengan semisal perbuatan ini kecuali orang yang sangat kafir “ (Tafsir Ibnu Katsir, Juz 3, hal. 1524 )