Pilihan yang cukup rasional pada masa sekarang ini adalah menempatkan pesantren sebagai salah satu institusi pendidikan yang berorientasi global. Selama ini, persepsi atas globalisasi sebagai bagian dari dampak modernisasi, memang selalu dikaitkan dan mengacu kepada transformasi institusional yang berasal dari barat. Persepsi ini tidak seluruhnya benar, sebab dalam dunia pesantren, isu-isu modernisasi tidak lepas dari semangat untuk selalu berkreasi dan berinovasi. Jika pada masa lalu pendidikan pesantren menempatkan tradisi sebagai proyek besarnya, pada masa kini pendidikan di pesantren harus mampu menjawab tantangan modernitas. Sinergi tradisi dan modernitas adalah proyek pendidikan pesantren masa depan. Artinya, pendidikan pesantren masa depan adalah pendidikan yang berorientasi pada modernitas dengan berpijak pada tradisi. Paradigmanya adalah “Al-muhafazhatu ‘ala al-qadim ash-shalih wal akhdzu bil-jadid al-ashlah” (memelihara yang baik dan mengambil sesuatu yang baru yang lebih baik).

Sehubungan dengan hal itu, Pondok Pesantren Darul Qur’an Wal Irsyad membentuk sebuah inovasi pembelajaran dengan mempertahankan metode pondok pesantren dipadukan dengan sistem modern dikemas dalam sebuah Lembaga Kesetaraan yang dinamakan dengan Pendidikan Kesetaraan Tingkat Wustha. Dengan adanya Pendidikan Kesetaraan ini diharapkan santri Pondok Pesantren Darul Qur’an Wal Irsyad mampu menjaga tradisi baik dalam hal keilmuan maupun kebudayaan dan mampu terjun ke dunia secara global mendakwahkan Islam yang rohmatan lil ‘alamin. Dalam epistemologi pendidikan kesetaraan tersebut, dapat dikatakan bahwa pendidikan kesetaraan merupakan jalan satu-satunya untuk memfasilitasi santri mencapai tujuan mulia itu.

Program wustha adalah program unggulan baru Pondok Pesantren Darul Quran Wal Irsyad yang diselenggarakan dibawah naungan Kementerian Agama Republik Indonesia. Program wustha adalah program yang lebih menitikberatkan pada hafalan al-Quran, kitab kuning dan penguasaan bahasa Inggris dan Arab. Dengan bergabung di program wustha maka ketersedian waktu untuk menghafal al-Quran, kitab kuning dan penguasaan bahasa asing Inggris dan Arab lebih banyak, sehingga anak-anak akan lebih mudah mencapai target hafalan al-Quran 30 juz selama 3 tahun. Selain itu, ketika lulus nanti akan tetap mendapatkan ijazah setara MTs /SMP.