Sejarah telah mencatat peran santri dalam mengabdikan diri bagi umat dan bangsa sejak periode penjajahan hingga periode kemerdekaan hari ini. Santri telah mampu mewarnai berbagai dinamika kemajuan bangsa dengan mahakarya dan berbagai kontribusi aktif di dalamnya.Namun seiring dengan perkembangan zaman, dinamika kehidupan berbangsa kian mengalami perubahan, salah satunya disebabkan cepatnya arus informasi melalui berbagai macam media yang berbasis kemutakhiran teknologi.

Begitupun dengan fenomena santri hari ini yang juga tidak terlepas dari pengaruh media dan informasi yang turut memengaruhi pola pikir dan tingkah laku santri. Perilaku-perilaku seperti cara berpakaian, musik favorit, kisah asmara, sampai kepada way of life santri mengalami berbagai macam perubahan.Perubahan ini tentu dapat bernilai negatif maupun positif tergantung bagaimana santri dapat memfilter dampak yang dapat terjadi serta keteguhannya untuk tidak meninggalkan identitasnya sebagai santri.

Kini, santri akan dihadapkan dengan era milenial. Bahkan lebih dari itu, dunia akan memasuki babak baru yang dihuni oleh generasi post-milenial yakni satu strip diatas milenial. Generasi yang hidup dalam kemajuan informasi dan teknologi ini tentu saja memiliki pola hidup berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya. Perubahan besar-besaran akan terjadi diberbagai aspek kehidupan, tak terkecuali dunia pendidikan. Dalam hal ini pesantren pun akan mengalami tantangan baru untuk bias tetap berdiri ditengah-tengah generasi milenial.

Santri milenial kini mempunyai tantangan menyambut revolusi industri 4.0. Konsep revolusi industri 4.0 sendiri pertama kali diperkenalkan oleh Profesor Klaus Schwab. Ekonom terkenal asal Jerman itu menulis dalam bukunya “The Fourth Industrial Revolution” bahwa konsep itu telah mengubah hidup dan kerja manusia. Dalam presentasi Dosen Institut Teknologi Bandung (ITB), Richard Mengko, yang mengambil sumber dari A.T. Kearney mengungkapkan sejarah revolusi industri sampai akhirnya menyentuh generasi ke-4 ini.

Pertama,Revolusi industri dimulai di pertengahan abad ke 18 tepatnya di tahun 1750 –1850. Saat itu mulai terjadi revolusi besar-besaran di berbagai bidang seperti pertanian, manufaktur, pertambangan, dan transportasi. Munculnya mesin seakan menggantikan peran manusia atau hewan seutuhnya yang masih terbatas. Walaupun pada awalnya sedikit ditentang oleh kasta pekerja, namun mereka lebih terbantu dalam efisiensi jumlah beban pekerjaan.

Kedua, Setelah dirasa bidang-bidang tersebut berjalan dengan optimal, segala industri semakin berkembang dengan pesat. Ini mendorong proses energi yang menunjang setiap mesin berjalan dengan semestinya. Permasalahan listrik, gas, air dan telegraf jadi awal setelah industri tahap pertama. Revolusi model ini lahir setelahnya yaitu di awal abad 20 yaitu rentang tahun 1850 – 1940. Saat itu listrik mulai ditemukan, perkembangan pipa gas, air dan alat komunikasi.

Ketiga, Pasca perang kedua terjadi revolusi industri lanjutan yang sering disebut revolusi teknologi. Manusia mulai sadar muncul era baru setelah mesin yakni era teknologi. Semua itu dimuai dengan ditemukannya ponsel genggam, mesin kontrol, dan tentu saja komputer. Tanda itu semakin jelas memudahkan pekerjaan manusia yang bersinggungan dengan data. Bila dahulunya manusia harus menulis di mesin ketik, kini bisa menulis di komputer. Atau bila dahulu manusia harus ke telepon umum untuk menelepon, kini cukup dari ponsel pribadinya. Kemunculannya mulai lahir di akhir abad 20, saat ini era tersebut terjadi perubahan besar yang mengarahkan manusia ke arah digital.

Keempat, Saat ini kita hidup di era industri keempat, itu semua diawali dari revolusi internet yang bukan hanya sebagai mesin pencari, namun lebih dari itu semua bisa terhubung dengan cerdas. Mulai dari penyimpanan awan (cloud), perangkat yang terhubung dengan cerdas, sistem fisik fiber, dan robotik.

Teknologi tersebut menjadi tanda bahwa di era ini, aspek-aspek kehidupan akan memasuki dunia virtual, efek dari penerapannya adalah efisiensi produksi dan terjadi peningkatan produktivitas serta daya saing.Layaknya koin yang memiliki dua sisi, revolusi industri 4.0 tak hanya membawa keuntungan bagi sektor industri, tapi juga merupakan tantangan baru. Dunia yang telah memasuki era revolusi industri 4.0 nampaknya bukan lagi isapan jempol belaka, maka santri haruslah mampu dan terbuka menghadapi tantangan kemajuan teknologi era revolusi industri 4.0 ini.

Lantas bagaimana kita bisa bertahan dan beradaptasi di era revolusi industri 4.0 ini? Formula apa yang mesti dimiliki oleh santri milenial guna menghadapi era tersebut? Tentu ada sebuah formula khusus guna menghadapi revolusi industri 4.0 ini, formula tersebut bernama 21st century skills yang bermuatan 4C, yakni critical thinking, creativity, collaboration, dan communication.

Pertama critical thinking, santri haruslah berpikir kritis melihat dunia luar. Ilmu harus digali secara lebih luas serta mendalam, mampu memahami sebuah problem yang rumit serta mampu mengkoneksikan berbagai informasi sehingga memunculkan berbagai perspektif yang kemudian memunculkan sebuah gagasan dan solusi. Akan tetapi santri harus tetap berpegang kepada akidah.

Kedua creativity, kreativitas juga harus  ditunjukan dengan cara membuat terobosan dan menemukan seuatu yang baru. Kreativitas akan sangat tegantung kepada pemikiran kreatif seseorang, kreativitas dapat menghasilkan hal-hal baru yang biasanya bernilai ekonomis, hal ini akan membuat santri berdaya dalam bidang industri.

Ketiga collaboration, santri pasti sadar dan tahu bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang Allah ciptakan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku (Al-Hujurat : 13), memiliki jaringan luas serta berkolaborasi alias saling bekerjasama, dan bersinergi menyatukan potensi dengan sesama.

Dan yang terakhir adalah communication, merupakan salah satu kunci  sukses dalam hidup ini, banyak sekai problem bermunculan yang hanya berawal dari miscommunication, dan seorang santri tidak akan terlihat cerdas jika tidak bisa menyampaikan gagasannya dengan baik, apalagi jika dalam berkhutbah atau ceramah, seorang santri dituntut memiliki retorika komunikasi yang handal, maka keterampilan komuniakasi sangatlah penting.

Itulah senjata untuk menghadapi revolusi industri 4.0, dengan menerapkan formula 4C ini, maka santri diharapkan memiliki kemampuan yang mumpuni untuk bersaing dan mengantisipasi perubahan yang cepat di era revolusi industri 4.0 ini, hanya ada dua pilihan, beradaptasi atau mati!