(PPDQWI) – Kamis (2/12) kemarin, ma’had kita tercinta kedatangan tamu agung, beliau adalah Gusti Kanjeng Ratu Hemas. Kedatangan beliau untuk menyerahkan secara simbolis seperangkat alat gamelan dari Dinas Kebudayaan (Kinda Kabudayaan) Daerah Istimewa Yogyakarta yang dihibahkan kepada pesantren. Dalam kunjungan kemarin, GKR Hemas menuturkan, beliau bersyukur bisa meberikan sumbangsih untuk pesantren. Karena banyak sekali permintaan dari berbagai instansi yang menunggu antrian bantuan alat tersebut, namun beliau memprioritaskan pondok pesantren. Beliau juga mengamanatkan kepada ma’had kita untuk mengembangkan seni Gamelan yang merupakan adat khas tanah Jawa. Tidak hanya gending, kedepannya juga akan menyajikan pagelaran wayang, yang semua pemainnya mulai dari dalang, sinden, dan pemukul gamelan, semua murni dimainkan oleh santri. “Besok mau main di Kraton nggeh mas? Wantun nggeh? Latihan dulu nggeh.” Begitu sapa beliau kepada para santri kemarin hari. Turut hadir pula bersama beliau, Dr. H. Hilmy Muhammad, M.A. (Gus Hilmy) selaku anggota DPD RI Dapil DIY.
Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayaan) DIY, Ibu Dian Laksmi Pratiwi, S.S., MA. Juga turut memberikan sambutan pada siang itu. Beliau meminta pondok kita untuk terbuka untuk menerima instansi tetangga daerah Gunungkidul terutama, untuk berlatih gamelan bersama. Beliau didampingi oleh Tim Teknisi Pengadaan Gamelan DISBUD DIY, Drs. Teguh, M.Sn.
Kuningan senilai 250 juta itu sukses disajikan secara khidmat oleh para santri. 17 santri pemain gamelan didominasi oleh anggota hadrah Firqah Syawariqul Anwar, yang telah mengikuti latihan di Sanggar Sapto Budoyo selama 16 hari. Pada akhirnya para santri memiliki basecamp sendiri untuk berlatih di dalam pondok. Gamelan itu ditempatkan di pendopo utara ma’had putra.
Pada ceremoy penyerahan kemarin, pukulan gamelan diiringi oleh gending Jawi murni, ditambah dengan beberapa sholawat. Selaras dengan dakwah Raden Maulana Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang) pada waktu awal penyebaran Islam di tanah Jawa. Untuk kedepannya pukulan gamelan tidak hanya sebagai iringan Gending, melainkan juga akan kolaborasi dengan cerita pewayangan. Tentunya isi cerita wayang tidak hanya berpaku pada sejarah penokohan tanah Jawa, tapi juga sejarah dan penokohan agama Islam. Demikian persis apa yang dilakukan oleh Raden Maulana Sahid (Sunan Kali Jaga). Seiring dengan ilmu yang didapatkan di pesantren, maka untuk menyampaikan, mengajak (dakwah) kepada masyarakat tentu juga dengan cara beragam.
Kedepannya GKR Hemas rencana juga akan menghelat lomba Gamelan dan akan diakhiri dengan acara puncak Pagelaran Akbar. Siang kemarin acara ditutup dengan doa oleh Drs. Bardan Usman, M.Pd.I. selaku Rois Syuriah PCNU Gunungkidul.