Setiap Selasa malam Rabu usai maghrib berjama’ah, para santri bersama-sama membaca nadhom masyhur qasidah Burdah karya agung Imam Syarafuddin Muhammad Al-Bushiri. Tidak sedikit santri yang hafal dari sebagian fasl (bab) pada qasidah Burdah tersebut, terutama para santri Aliyah, karena mereka sudah lama di pondok dan sering mendendangkan qasidah ini. Tidak hanya tawassul, namun gubahan makna yang dalam juga membuat para santri tertarik untuk mendalami arti nadhoman tersebut. Tidak pula berlebihan jika qasidah burdah yang terdiri dari 10 bab ini bisa disebut sebagai kalimat bucin (istilah anak muda zaman sekarang untuk  mengungkapan cinta). Pujian kepada Rasulullah memang tidak akan ada habisnya.

Pada 2008 silam, Abina Kharis Masduki pernah menulis Syarah (penjelasan) qasidah Burdah karya Imam Syarafuddin Muhammad Al-Bushiri. Syarah tersebut beliau selesaikan pada 5 September 2008 M./5 Ramadhan 1429 H. Sayangnya file daripada kitab tersebut hilang jejak, sehingga diharuskan penulisan ulang berikut beberapa perbaikan dari isi tekstual syarah tersebut, yang ditulis ulang pada 4 Februari lalu. Alhamdulillah alaa kulli haal, di tahun ini, kitab Syarah Mandumah Burdah karya Abina, dapat bersama-sama dinikmati oleh para santri.

Awalnya pasca pencetakan ulang, kitab ini perdana dikaji setiap Selasa malam usai rutinan pembacaan Burdah. Pada tepatnya pertengahan Maret lalu di panggung utama. Namun berhubung panggung utama sedang dalam tahap renovasi, ta’lim Manduman Burdah dipindah di pendopo ma’had. Jeda beberapa waktu usai libur Ramadhan, waktu dan lokasi ta’lim juga berganti menyesuaikan agenda kegiatan. Tepatnya dikaji pagi hari setelah sholat Dhuha berjam’ah di Masjid Abuya Sayyyid Muhammad Alawi. Pada kesempatan tersebut, tak hanya para santri, namun guru pengajar dan staf pegawai juga turut mengikuti kajian Burdah karya Abina.

Ustadz M. Akhyar dan Ustadz Mahin Asmu’i selaku asatidz pengajar sekaligus tim penyusun ulang, juga bersyukur atas dapat dikajinya kembali kitab ini. Selain untuk lebih memahami isi kandungan dari qasidah Burdah yang dibaca setiap Selasa malam Rabu, tujuan utamanya adalah lebih merekatkan ta’alluq (hubungan) antara santri dan murobbi (kyai pengasuh). Pun pada proses pajang daripada pencetakan kitab ini juga memberi tarbiyah tersendiri kepada para santri. Diantara adalah qariinun naskhi (perbandingan tekstual).

Pada proses revisi kitab ini, tim penyusun benar-benar meneliti beberapa teks yang berbeda pada beberapa cetakan burdah, hal demikian juga sekaligus proses muqabalah (menyamakan ulang) pada refrensi kitab ini . Dikutip pada kitab Hasyiyah Al-Bajuri dan Syarah Sayikh Khalid Al-Azhari. Karena memang benar ditemukan sebagian teks yang berbeda. Sebelumnya, para santri mengikuti teks qasidah burdah pada kitab saku wirid Syawariq. Di kitab saku itu, banyak teks burdah yang salah penulisannya. Hal ini semakin membuat tim penyusun lebih giat menggali lagi beberapa refensi kitab Burdah. Secara tekstual, dan juga secara makna. Awal Maret 2022, kitab Mandumah Abina berhasil terbit dan mulai dikaji kembali bersama para santri. Namun tidak cukup berhenti di situ karena tim penyusun masih menuai beberapa kecacatan tekstual, maka kitab Mandumah karya Abina dicetak lagi setelah revisi kedua.

Kitab Mandumah Burdah karya Abina secara ijmal (global) menjelaskan kandungan dan maksud dari qasidah yang ditulis oleh pengarang qasidah, Sayikh Imam Syarafuddin Al-Bushiri. Syarah (penjelasannya) langsung setelah nadhomnya pada halaman itu. Beberapa refrensi hadits dan nushus juga dicantumkan.

Kitab ini bisa dibeli di koprasi pesantren Belmateha Market seharga 15.000. Pemesanan bisa menghubbungi akun instagram darul qur’an channel. Atau hubungi nomor 081933652730.