Wonosari, PPDQWI – Pondok Pesantren Darul Qur’an Wal Irsyad menggelar Brainstorming pada Sabtu, 21 Januari 2023 kemarin. Brainstorming kemarin diselenggarakan di Aula KH. Nawawi Abdul Aziz. Acara dibuka oleh Abina Ahmad Kharis Masduki dengan pemaparan uji coba sistem belajar bahasa Arab menggunakan metode “Rasa Bahasa”. Hasilnya santri mampu membaca teks Arab seperti membaca menulis dalam bahasa Indonesia, targetnya dalam waktu 14 hari sudah mampu membaca kitab kuning. Setelah sambutan dari Abina, dilanjutkan oleh Drs. Faizuz Sa’bani, MA membahas perihal kelas khusus yang akan diselenggarakan di Darul Qur’an. Untuk membangun Madrasah Unggul. Persiapan yang perlu disiapkan antara lain, siswa yang diseleksi dengan ketat, tenaga pendidik dengan beban yang proporsional, dan evaluasi berkala terhadap program unggul yang dimiliki.
Dalam rangka membangun Kelas Khusus yang unggul, harus ada kekhususan Visi Madrasah kemudian direalisasikan dengan misi-misinya. Yang perlu digaris bawahi adalah pentingnya menemukan cara mencari jalan keluar menyampaikan ide kultur pondok. Salah satu cara yang bisa diterapakan adalah menerapakan ruh kepramukaan.
Selanjutnya, yang disampaikan oleh H. Achmad Fauzi, S.Ag. M.S.I Tentang perlu adanya program untuk menyatukan mindset agar lebih manfaat. Level Darul Qur’an harusnya bisa lebih maksimal. Untuk melaksanakan program-program tersebut harus bisa menciptakan metode tertentu agar siswa dan SDM yang cerdas berada ditrack yang tepat (sesuai kompetensi). Yang paling penting ialah, riset butuh waktu yang panjang untuk menemukan metode yang tepat. Lalu juga jangan sampai ada guru yang justru lebih memikirkan gaji daripada kompetensi yang dimilikinya. Untuk rencana insiklufitas dan esklusifitas perlu beberapa hal, antara lain adalah Pengelompokan anak berdasar potensi, lalu selanjutnya madrasah juga harus bisa membuat SKS sendiri, membuat progam-program dengan maksimal, merumuskan masalah kemudian perbaikan, kekuatan bagaimana menciptakan teamwork, kejelasan madrasah seperti apa yang ingin diwujudkan.
Selanjutnya juga ada yang disampaikan oleh Dr. Syamsul Ma’arif Mujihartono menyampaikan untuk mewujudkan lembaga yang ingin di bangun hal yang harus di pertimbangkan adalah fokus terhadap tujuan, contoh Madrasah punya goals PTN, (fokus memodikasi kurikulum, penghapusan materi yang tidak perlu), Fokus di Akademik (apa saja yang mau di fokuskan), Fokus non Akademik (support harus menyatu, beriringan dengan akademik), Kurikulum Merdeka sangat support terhadap inovasi, Visi jelas, goals jelas, sebaran kurikulum jelas (Singkron). Fokus kualitas dengan mengendalikan jumlah harus punya fundamental yang kuat. Fokus pada mutu.
Acara Tanya jawab menyisakan beberapa pembahasan, diantaranya tentang Madrasah yang ingin maju harus “nakal” ( keberanian untuk berbuat lebih). Lalu juga soal dualisme bisa diubah jadi dualitas yang saling melengkapi. Kemudian untuk menciptakan kelas khusus, lebih mudah dengan merekrut SDM baru yang kompetibel yang sesuai dengan tujuan kelas khusus tersebut. Perlu adanya intergrasi pembelajaran (tidak membedakan pembelajaran madrasah atau pondok, semua jadi satu). Pengadaan diklat untuk SDM. Menyiapkan SDM lebih awal. Bangun agar tidak kagetan terhadap ide-ide baru. Budaya Al-Qur’an diperkuat lagi. (Iim)