Wonosari, (PPDQWI) – Muharram sebagai bulan pertama dalam kalender Hijriyah adalah termasuk pada bulan-bulan yang dimuliakan (asyhurul hurum). Muharram menjadi bulan pengampunan, perdamaian, muhasabah, dan meraih kebaikan dengan ganjaran pahala yang berlipat. Pada bulan ini juga tercatat banyak peristiwa-peristiwa bersejarah dalam perjalanan hidup para nabi dan rasul yang menjadi pelajaran (Ibrah) bagi umat manusia. Dengan kemuliaan dan keistimewaannya itu, para ulama menjadikan Muharram sebagai momentum introspeksi diri (muhasabah) untuk menggapai kebaikan yang lebih banyak di masa depan.

Badal Pengasuh Pondok Pesantren Darul Qur’an Wal Irsyad, Gus Ishmet Muhibb Muhammad mengatakan mengisi awal tahun Hijriyah dengan muhasabah dan memperbanyak berdoa memohon pertolongan kepada Allah SWT merupakan ajaran para ulama yang sudah semestinya dilakukan para santri.

“Cara-cara kita merayakan tahun baru itu tidak dengan tiup lilin, pawai, konvoi, itu bukan cara kita orang Pesantren. Cara orang Pesantren itu berdoa, istighosah, meminta pertolongan, introspeksi diri. Jadi tahun baru itu gunanya untuk intropeksi diri, bukan untuk hura hura. Ini cara yang diajarkan oleh guru-guru kita,” kata Gus Ishmet saat mengisi mauidhoh hasanah dalam kegiatan Sholawat Bersama pada peringatan Awal Tahun Baru 1 Muharram 1447 Hijriah yang diselenggarakan Ikatan Pelajar Pondok Pesantren Darul Qur’an (IPDQ) di panggung utama PPDQWI pada Jumat (27/6) malam.

Gus Ishmet menjelaskan berdoa pada awal hijriah adalah ibadah yang penting untuk dilakukan. Seorang yang berdoa kepada Allah SWT maka terbuka baginya rezeki berupa terijabahnya doa. Meski begitu, Gus Ishmet menjelaskan bentuk terijabahnya doa tidak mesti sesuai persis dengan apa yang diharapkan terkabul, sebab bentuk terijabahnya doa boleh jadi adalah keselamatan, kesehatan, terhindar dari musibah atau cara lainnya sebagai karunia Allah SWT kepada hamba-Nya yang mau berdoa.

Lebih lanjut, kata Gus Ishmet, sebaik-baiknya waktu berdoa adalah saat dimana kebanyakan orang-orang lalai bermunajat pada waktu itu. Salah satunya adalah pada malam hari termasuk pada malam-malam awal tahun baru hijriah. Oleh karena itu, Gus Ishmet pun mengajak para santri untuk mengisi awal tahun baru hijriah dengan berdoa memohon agar menjadi pribadi yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.

Selain itu Gus Ishmet juga mengingatkan pada santri agar tidak lupa mendoakan para orang tua dan para guru agar senantiasa diberikan kesehatan dan rezeki yang lancar. Gus Ishmet juga mengajak para santri saling mendoakan agar memperoleh kemudahan dalam menuntut ilmu.

Dalam kesempatan itu Gus Ishmet mengingatkan para santri agar meningkatkan semangat belajar baik itu pelajaran-pelajaran pesantren maupun sekolah formal. Gus Ishmet juga berpesan agar santri harus memiliki tata krama yang baik terhadap ilmu agar memperoleh kemudahan dan kemanfaatan ilmu. Salah satu wujudnya adalah dengan menjaga adab dan perilaku dalam menuntut ilmu termasuk memperhatikan busana yang sopan, baik dan sesuai aturan. Untuk memperoleh kemudahan dalam mendapatkan ilmu seorang santri harus menghormati para guru dan kitab-kitab yang diajarkan. Di samping itu santri juga harus memperbanyak berdoa untuk meraih keridhaan dan karunia Allah SWT.

“Doa itu manifestasi dari seorang hamba. Perwujudan kita sebagai hamba Allah SWT. Ketika doa itu dikabulkan, itu bukanlah sebab doa kita, juga bukan kehendak kita. Tapi itu murni minfadhlillah. Doa adalah wujud kita sebagai hamba yang butuh kepada Allah,” katanya. (And)