اعْلَمْ أَنَّ حِفْظَ الْقُرْآنِ فَرْضُ كِفَايَةٍ عَلَى الْأُمَّةِ صَرَّحَ بِهِ الْجُرْجَانِيُّ فِي الشَّافِي وَالْعُبَادِيُّ وَغَيْرُهُمَا. قَالَ الْجُوَيْنِيُّ: وَالْمَعْنَى فِيهِ أَلَّا يَنْقَطِعَ عَدَدُ التَّوَاتُرِ فِيهِ فَلَا يَتَطَرَّقُ إِلَيْهِ التَّبْدِيلُ وَالتَّحْرِيفُ فَإِنْ قَامَ بِذَلِكَ قَوْمٌ يَبْلُغُونَ هَذَا الْعَدَدَ سَقَطَ عَنِ الْبَاقِينَ وَإِلَّا أَثِمَ الْكُلُّ.

Ketahuilah bahwasanya menghafalkan al-Qur’an itu fardlu kifayah atas ummat sebagaimana dijelaskan oleh al-Jurjani dalam kitab asy-Syafi, al-Ubbadi dan lainnya. Al-Juwaini berkata : maksudnya adalah agar tidak terputus jumlah mutawatir penghafal al-Qur’an sehingga al-Qur’an tidak bisa diganti dan diubah. Maka, jika hal ini dilakukan oleh kaum yang mencapai jumlah mutawatir, maka kewajiban ini gugur bagi yang lain. Tapi jika tidak, maka semuanya berdosa. (al-Burhan, hal. 307, al-Itqon, hal. 153)

 

و منه اي فرض كفاية حفظ القران على ظهر قلب فيجب ان يكون في كل مسافة عدوى جماعة يحفظونه كذالك

Diantara fardlu kifayah adalah menjaga al-Qur’an dengan hafalan. Maka wajib dalam setiap jarak masafatu adwa ada yang menghafalkan al-Qur’an. (al-Fawaid al-Makkiyyah, hal. 57)

 

Masafatu adwa : jarak tempuh perjalanan sehari, pagi berangkat dan petang sudah sampai di rumah.