Wonosari (PPDQWI) – Sebanyak 824 santri putra maupun putri Pondok Pesantren Darul Quran Wal Irsyad mengikuti Haflah Khotmil Quran ke VII yang dilaksanakan pada Sabtu (24/8) di Komplek Pondok Pesantren Darul Quran Wal Irsyad. Dari 824 santri yang mengikuti Khotmil Quran, 53 santri diantaranya khatam 30 juz bil hifdzi, 26 santri khatam 20 juz bil hifdzi, 64 santri khatam 10 juz bil hifdzi, 105 santri khatam 5 juz bil hifdzi, 189 santri khatam 30 juz bin Nadzri dan 387 santri khatam juz 30 bil hifdzi.

Pengasuh Pondok Pesantren Darul Quran Wal Irsyad, KH. A. Kharis Masduki dalam sambutannya mengatakan kegiatan Khotmil Quran yang menjadi agenda rutin setiap dua tahun sekali ini, sempat terhenti karena sesuatu hal. Namun atas kegigihan dewan asatidz serta semangat para santri sehingga pada tahun ini dapat terlaksana. “Kita bersyukur atas terselenggaranya malam ini yaitu Khotmil Quran yang sementara waktu sempat vakum karena sesuatu. Alhamdulillah tahun ini bisa terselenggara kembali”, sambutnya.

Beliau juga menerangkan sejarah berdirinya PP. Darul Quran Wal Irsyad berangkat dari pengajian rutin bernama Al Irsyad yang dipimpin sosok ulama bernama Kyai Musta’id. Seiring berjalannya waktu, jamaah pengajian yang didominasi warga sekitar mendorong Kyai Musta’id untuk segera mendirikan pondok pesantren seiring dipertemukan dengan seseorang yang memberikan sebidang tanah dan bangunan pada tahun 1998 akhir. Berawal hanya memiliki tujuh orang santri, berkat kesabarannya hingga kini Pondok Pesantren Darul Quran Wal Irsyad memiliki ribuan santri.

Sementara itu, KHR. Abdul Hamid dalam mauidhoh hasanahnya menyampaikan tentang pentingnya belajar al-Quran “ada empat hal yang perlu diperhatikan agar dapat membaca Al Quran dengan baik dan benar, memperoleh pahala dan mendapatkan syafaat dari Al Quran, Pertama, dibutuhkan guru yang ahli Al Quran dan mampu mengajarkannya. “Dahulu Nabi Muhammad mempelajari Al Quran dengan bimbingan malaikat Jibril. Rasul adalah makhluk Allah yang paripurna, baik secara fisik maupun akhlaknya, tapi terkait Al Quran, beliau dituntun oleh malaikat Jibril,”. Ujarnya. Dikatakan, meski sudah dewasa, tidak perlu malu untuk mempelajari Al Quran. “Misal, sudah S1 tapi belum pernah mengaji dan yang mengajarkannya ternyata masih aliyah, tidak apa, tidak perlu malu. Ambillah ilmu kebijaksanaan darimana pun asalnya,” ungkapnya lebih lanjut.

Kedua, membutuhkan waktu yang lama. “Menghafal Al Quran membutuhkan waktu yang lama, jangan terburu-buru,” pesannya. Ketiga, jika sudah khatam, sering mudarosah atau murojaah. “Nabi di murojaah malaikat Jibril tiap bulan Ramadan. Jadi, jangan terburu-buru puas bila sudah khatam. Hafalan itu lebih gampang lepasnya daripada unta yang diikat,” katanya. Keempat, idealnya kalau bisa, mempelajari Al Quran sejak kecil supaya lisannya fasih dan masih dapat diperbaiki dalam melafalkan bacaan Al Quran. “Syafaat Al Quran tidak main-main karena dapat menghalangi supaya orang tidak dimasukkan ke neraka,” terangnya.